SELAMAT MEMBACA

Jumat, Mei 18, 2012

MANUSIA YANG MENUHAN


Manusia di seluruh pelosok dunia, masing masing ingin menjadi manusia sempurna, mencapai derajad tertinggi, seperti yang pernah terlintas dibenak hati jiwa akal nafsu manusia yang ada dalam bawah sadar.  Sekali-kali manusia tidak pernah mengharapkan keburukan, kesengsaraan, ancaman, atau kejelekan serta siksaan seperti yang telah terbahasakan bahwa neraka adalah tempat hukuman. Mungkin jika mereka meghampiri ranting neraka hanya untuk membakar kejenuhan, kejengkelan, yang
akan habis di makan waktu.
Manusia impian adalah manusia yang menuhan, yang akan selau berfikir universal, individual da transendental dan tidak terbatas atasnya atas yang terbatas, kontinyuitas, penghargaan, penghormatan, persamaan, persaudaraan dan pembebasan akan terlihat di kacamata akal, hati manusia yang menuhan. Yang tidak mudah melihat kebenaran dan kebijaksanaan dengan sepintas lalu.
Hati yang menuhan akan memnacarkan cahaya prilaku yang mengarah kepada kebijaksanan, keadilan dan kebenaran, hati yang menuhan akan mampu memimpin tentara lahir dan tentara lahirnya untuk menginternalisasikan nilai-nilai sempurna yang terdapat dalam diri manusia sebagai mahluk yang memiliki perangkat kasar dan lunak dengan perangkat rambu-rambu yang telah disediakan oleh alam.
Hati yang menuhan setelah mampu menginternalisasikan nilai-nilai kebebasan yang ada manusia akan mudah menerima pelajaran hikmah yang datang di setiap detik dan tempat yang selau menyertai manusia disetiap detak jantungnya. Manusia akan terasa manusianya jika derajat hati yang menuhan ini dapat kita raih dengan penuh perjuangan dan pemikiran yang ekstra keras, karena untuk mencapai derajat itu tidak hanya dengan bicara atau diskusi dalam kelas kuliah yang penuh kepentingan akan tetapi perlu adanya pelaksanaan dari bahasa, dan sekaligus menyepi untuk konsentrasi, kontemplasi, tafakkur dalam alam bebas tanpa batas adalah sebuah jalan yang meniscayakan, setelah ini sudah kita lakukan maka bahasa yang akan dari tubuh, mata, hati, lisan kita adalah bahasa-bahasa yang penuh cinta kasih sesama dan membahagiakan.
Hati para pengingingat selalu membawa embun segar yang menyuburkan akal manusia, kerelaan yang mendalam dalam suatu pengorbanan dan godaan, serta rintangan hidup akan memberi tanda dan bahasa baru terhadap suasana alam kemegahan. Manusia ketika hatinya batinnya rapuh maka akan mudah terombang ambing oleh pengaruh masalah-masalah kecil yang parkir di hati kita.
Kesucian hati menjadi prasarat intuk menuju hati yang menuhan, rela, lembut, seta bijak sana dan luas, dalam hati yan suci akan tumbuh subur bunga harum semerbak nan wangi yang akan memperindah keputusan yang darinya, menambah kedamaian manusia dalam renungannya. Hati yang hidup akan selalu luas dan luwes dalam menerima problem hidup yang mungkin oleh manusia dan hatin manusia awam adalah suatu ujian yang sulit dan rumit.
Ati sebagai presiden manusia, ketika sudah menuhan maka seluruh perangkat dibawahnya secara otomatis akan berjalan sesuai dengan pikran dan logika hati yang telah menuhan. Dalam hati yang menyegoro, rasa benci, iri, kurang, tidak puas akan hancur dengan sendirinya, kemudian yang timbul adalah rasa penuh cita, kasih dan taburan benih maaf yang tanpa batas.
Hati yang menuhan dan bersih akan tumbuh bibit-bibit rasa cinta yang menggebu, rindu utnuk menyatu dengan segala kebajikan dan kebijaksanaan yang menyeluruh, hati yang menuhan tidak pernah menyakiti hatiya sendiri dan hati orang lain, selalu peka terhadap segala gerak hati manusia di sekelilingnya walaupun tuna wicara.
Sekalipun hati sulit di jaga dan sulit untuk menerima kebaikan universal dan sulit ditumbuhkan spirit ketuhanan yang baqo’ dan istiqomah. Hanya hati yang suci, bersih akan membawa alam pikran dan alam ide manusia kearah kebijaksanaan dan kebajikan dalam berjuang demi hati-hati yang terjajah oleh sifat nagkuh dan sombong.
Hati yang menuhan tidak mudah diajak sesat dengan rayuan-rayuan setan manusia yang suka menyeret manusia ke alam kesesatan yang nyata dan lama. Hanya hati yang tidak pernah oncat dari aturan langitlah yang dapat bertahan hidup di dunia yang penuh pernik-pernik hitam ini.
Manusia yang menuhan wajib hukumnya memiliki hati yang menuhan juga, karena itu adalah sarat awal manusia mencapai manusia yang menuhan. Dengan modal awal hati yang sudah menuhan maka manusia akan terlihat lebih dewasa, dalam menyikapi dan menerima kerikil-kerikil hidup yang datang silih berganti dan sekaligus tidak mudah menjasmen ide, perilaku, perbuatan, keyakianan manusia lain dengan serta merta tanpa memikirkan hikmah yang terkandung di dalamnya.
Manusia yang menuhan akan selalu sadar dengan awal kejadiannya yang tidak lepas dari empat unsure selain Allah (bacaan untuk manusia sedang), empat unsure itu adalah satu cekat, cepat dan tepat dalam menerima kebenaran dan hanya takut  dzat yang mencipta seluruh yang ada dan tiada, manusia seperti di atas laksana api yang selau menjulang ke atas. Dua dapat menyesuaikan diri, tidak menunjukkan kelebihan-kelebihan yang sering membius yang mereka miliki, siapapun akan dikasihi, di sayangi, banyak ruang dapat ditempati, luwes, luas dadanya aperti angin yang selalu mengabarkan adanya kehidupan, pada siapapun mahluk itu, jujur sebagai bajunya. Tiga manusia yang menuhan selalu memberi da tidak pernah banyak mengharap kembali mas intan, kekayaan, kepentingan dan hanya meyerahkan dirinya kepada orang lain. Manusia yang menuhan tidak banyak bangga dengan apa yang pernah dikaryakan, menganggap semuanya adalah suatu pekerjaan yang wajar sebagai mahluk sosial dan menganggap semuanya adalah titipan serta bukan serta merta datang dari kekuatannya sendiri. Mereka menyampaikan titipan atau amanat tiada henti-hentinya menyirami dan mendatangi orang lain, atau mahluk lain yang membutuhkan laksana air yang selalu mengaliri  dari awan ke gunung, dari gunung ke seluruh celah, tanah kering yang membutuhkan serta kedermawanan sebagai sorban jiwanya. Empat manusia yang menuhan selalu tenang dalam menghadapi persoalan, selalu tenang dan tepat ketika membuat keputusan, kebajikan, kebenaran, keadilan dan kebijak sanaan menjadi rompi dadanya, ketentraman, kebahgiaan, kasih sayang dan cinta sebagai pondasi angannya. Penyatuan diri dengan alam menjadi modal awal ketauhidan. Tenang, tenang, tenang, tenang, eninng, tenang dan tenang dalam kanan , kiri , belakang, depan atas dan bawah, dan tengahnya laksana bumi yang melihatkan ketenangannya di tengan aktivitas rotasi dan revolosi atau dibahasakan istiqomah. Dari aktivitas rotasi dan revolusi yang dilakukan dalam ketenangannya menghasilkan siang, malam, sore, pagi dengan keistimewaannya dan ketenanngannya menjadikan matahari ajek terbit setiap pagi, menunjukkan rembulan bintang  menari di angkasa. Terdapat juga hujan yang menyegarkan dan menyucikan alam dan  hati yang bertauhid. Laut, samudra, angin, udara, sungai, pijaran inti bumi, api, gunung isi dan seluruh galaksi-galaksi sebagai aksesoris bumi yang sabar dan tenang menjaga mahluk yang memiliki perangkat akal dan sebagainnya. Manusia yang tergambarkan sebagai air, api, angin dan bumi akan selalu memberi pencerahan terhadap dunia, dan akan selalu menjawab persoalan dengan problem solfing yang unuversal-individual-transcendental, itulah salah satu indikasi atau tanda-tanda manusia yang menuhan.
Manusia yang menuhan akan seperti miniatur alam atau dapat dikatakan alam kecil lengkap dengan alat keseimbangannya, terdapat tuju lapis badannya, rambut, kulit, darah, daging, otot, tulang dan sumsumnya serta perangkat lunak yang terkandung didalamnya yang tak tampak oleh indra, yang kesemuanya selalu ingat pada raja langit penggerak alam sejati . masing-masing partikel, atom, bersama proton dan neutronnya serta anak cucu cicitnya yang belum terbahasakan yang memutar tasbih cinta pada sang penebar cinta-cinta yang hakiki dan abadi.
Manusia yang menuhan selalu menginginkan hal baru dengan didasari sifat manusianya yang selalu ingin tahu akan hal di luar dirinya dan yang ada di dalam dirinya, rasa keingintahuan atau coreosity ini mendorong manuisa memiliki spirit untuk mencari dan membuat serta mengide bumbu-bumbu kehidupan ini semakin kaya akan perangkat-perangkat pelengkap untuk meneruskan sejarah alam yang selalu dinamis. Rasa ingin tahu yang tiada habis ini  tentang berbagai pengetahuan baik pengetahuan umum, eksakta atau pengetahuan agama, alam, manusia dan aspek kemanusiaan yang lain. Rasa ingin tahu ini  kemudian termanivestasi  dalam gerakan panca indra, hati, akal, jiwa untuk memenuhi  kebutuhan tentang pengetahuan barunya, jika pengetahuan-pengetahuan sudah ada dalam bank otak maka dengan sendirinya menjadi perangkat lunak otak hati dalam menentukan setiap langkah yang akan di jalani, dan tindakan yang diambil atau apa yang diucap akan terasa tidak menjenuhakan dan kaya orang pinter gitu.
Manusia yang menuhan cinta akan perbedaan, pluraritas, dunia tidak ada perbedaan tidak akan jadi dunia. Dan kelestarian mahluk hidup atau manusiapun akan tiada. Milyaran anak Adam yang masih hidup di atas bumi adalah kerena adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan selayaknya dua kutub maknit yang berbeda dan kemudian tarik menarim dan jadilah telor-telor manusia seperti yang kita lihat saat ini.
Andaikata tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang memiliki tugas yang berbeda juga mungkin Tuhan akan capek membuat manusia satu persatu hingga saat ini. untuk itu perbedaan adalah sebuah keniscayaan, adanya barat sehingga adalah timur, ada utara sehingga adanya selatan, adanya atas sehingga adanya bawah. Ada ribuan suku dan bahasa, perbedaan-perbedaan dari segala macemnya adalah menunjukkan harus adanya sehingga kita saling mengenal yang satu dengan yang lain.
Hanya saja saat ini jarang yang dapat memahami sisi-sisi manfaat adanya perbedaan tersebut, sehingga perbedaan di anggap sebagai momok, bayangkan ketika semua manusia adalah menjadi kaya kemudian siapa yang akan menjadi pelayan atau penanam padi kepanasan di sawah. Ketika ada manusia yang ingin menyatupadukan berbedaan yang tak terelakkan ini adalah hanya mereka yang ingin menguasai dan memanfaatkan manusia sebagai robot-robot hidup.
Ketika dengan segala perbedaan yang mutlak ini kemudian ada upaya menyatupaduan maka ketika itu kita ikuti maka kita akan menjadi pemain drama yang selalu nurut dengan sutradaranya dalam setiap ucap, mimik, perilaku, pakaian, selayaknya lenong untuk menghibur orang yang sesaat dan tidak menguntungkan jiwa manusia. Dan otoritas ide kita sebagai manusia akan tercerabut dengan adanya penyatupaduan antara manusia-manusia yang amat berbeda adanya.
Manusia  yang menuhan  tidak akan mau di peralat oleh sutradara-sutradara yang  banyak kepentingan, dan sekaligus tidak mau di satu padukan oleh hewan-hewan bertubuh manusia.
Adanya pertunjukan musik menjadi enak di dengarkan ketika ada permainan ritme dan teming yang pas sesuai dengan peran dan tugas masing-masing. Tidak kemudian harus memegang dan memainkan alat atau peran yang sama , jelas ketika seperti itu maka yang terjadi adalah kejumbuhan suara dan tidak akan menimbulkan musik yang indah, dan ketika ada kesadaran masing-masing tugas seperti apa yang seharusnya dipegang maka akan terjadilah musik yang indah untuk didengarkan. Untuk itu beranilah untuk berbeda agar kemudian dengan seperti itu kita akan menjadi manusia yang menuhan.
Satu kesatuan dengan berbagai perbedaan itu menjadi wajib adanya, tidak ada satupun keindahan di dunia ini tanpa disertai komponen yang lain, saaatu seni musik, seni tari, seni rupa, seni drama jelas tidak dapat berdiri sendiri, vokal yang merdu suaranya akan hampa jika tidak diiringi musik, musik tanpa penataan yang bagus dekorasinya akan anyep, gitar tanpa bas tidak lengkap, piano tanpa listrik tidak akan hidup, listrik tanpa pembangkit listrik tidak ada setrum, setrum tidak ada ahli elektro akan kesetrum dan seterusnya. Semuanya saling keterkaitan dan saling membutuhkan. Dengan perbedaan-perbedaan itulah menjadi terlihat indah. Adapun musik tertata secara sempurna tanpa adanya penikmat atau penonton pertunjukan maka juga tidak lengkap, penonton tanpa makan terlebih dahulu ketika mau menikmati musik maka akan keroncongan dan ternyata harus makan nasi yang didapat dari petani.
Jika kemudan kita dapat menerima dan sadar dengan pentingnya adanya perbedaan diantara kita sesama mahluk, maka kita akan menjadi manusia yang menuhan, hargailah perbedaan yang berbeda-beda jangan coba-coba mengatakan manusia manusia yang hakikatnya pasti beda dan selama-lamanya bar tidak sumpek, sempit dan merasa terjepit di dunia yang penuh warna ini. Apakah anda termasuk manusia yang menuhan?

Tidak ada komentar: