A. Shalat dalam Keadaan Sakit
1. Cara sholat dengan duduk
Yaitu: dengan cara duduk seperti ketika tasyahud awal (duduk iftirosy). Untuk niat takbiratul ihram, do’a iftitah dan bacaan-bacaan yang sama (seperti pada sholat berdiri). Untuk ruku’ cukup membungkukkan badan sekedarnya. I’tidalnya dengan duduk. Untuk sujud dan tasyahud akhirnya duduk tawaruk salam sama dengan sholat biasa.
2. Cara sholat dengan berbaring
Yaitu: dengan cara kaki berada disebelah utara, kepala disebelah selatan dengan menghadap kearah kiblat. Untuk bacaan-bacaan sama seperlu sholat biasa. Sedangkan untuk gerakan-gerakannya cukup dengan isyarat kepalanya atau kerdipan mata.
3. Cara sholat dengan terlentang
Yaitu: dengan cara kaki disebelah barat dan kepalanya disebelah timur (jika memungkinkan kepalanya diberi bantal agar mukanya dapat menghadap kiblat). Untuk gerakan-gerakan cukup dengan isyarat. Dan bacaan sholat ada keringanan sesuai kemampuannya.
عَنْ عَليْ بْن اَبِيْ طَا لِبِ عَنِ النَبِيِّ صلي الله عليه وسلم قال يُصَلِّي الْمَرِيْضِ قَائِمًاإِنِ اسْتَطَاعَ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ صَلّيَ قَاعِدًا فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ اَنْ يَسْجُدَ أَوْمَأَ بِرَأْ بِرَأْسِهِ وَجَعَلَ سُجُوْدَهُ اَخْفَضُ مِنْ رُكُوْعِهِ فَإنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يُصَلّي قَاعِدًا صَلَّي عَلَي جَنْبِهِ الأَيْمَنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يُصَلِّيَ مُسْتَلْقِيًا رِجْلَاهُ مِمَّايَلِي الْقِبْلَةِ
“Dari Ali bin Abi Thalib ra, telah bersabda Rasulullah saw tentang shalat orang sakit; jika kuasa seseorang shalatlah ia dengan berdiri, jika tidak kuasa shalatlah sambil duduk. Jika ia tidak mampu sujud maka isyarat saja dengan kepalanya, tetapi hendaklah sujud lebih rendah daripada ruku’nya. Jika ia tidak kuasa shalat sambil duduk, shalatlah ia sambil berbaring ke sebelah kanan menghadap kiblat.jika tidak kuasa juga maka shalatlah ia terlentang, kedua kakinya kearah kiblat.” (HR. Ad Daruquthni). (Anwari, dkk, 2004: 19-20)
B. Shalat dalam Kendaraan
Seseorang yang sedang dalam perjalanan mendapat keringanan dalam sholat dengan cara jama’ atau qashar sekaligus jama’ qashar.
Akan tetapi jika perjalanan yang dilakukan cukup jauh dan melampauhi dua waktu sholat tanpa berhenti untuk beristirahat, maka boleh mengerjakan sholat dalam kendaraan, (misalnya dalam bis, kereta api, kapal laut,pesawat dan lain-lain)
Cara sholat dalam kendaraan
a. Menghadap kearah kiblat (jika tidak bisa, karena dalam pesawat atau kereta) boleh menghadap kemana saja
b. Berdiri (jika tidak mungkin boleh dengan duduk)
سُئِلَ ا النبِي صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ عَنِ الصَلَاةِ فِي السَفِيْنَةِ قاَ لَ: صَلِ فِيْهاَ قَا ئِمًا اْلااَنْ يَخَا فَ الغَرَقَ
“Rasulullah saw ditanya oleh seorang sahabatnya, bagaimana cara saya sholat diatas perahu (pesawat) beliau bersabda shalatlah di dalam perahu/pesawat itu dengan berdiri kecuali kalau kamu takut tenggelam.”
c. Untuk niat dan bacaan-bacaannya sama seperti sholat biasa
d. Sedangkan gerakannya, Jika dapat harus seperti sholat dengan berdiri, tetapi jika tidak dapat boleh dengan isyarat.
(Anwari, dkk, 2004: 20)
C. Shalat Karena Takut : Sholat Khauf
Kaum Muslimin disyariatkan meminta perlindungan kepada Allah swt. ketika musuh datang untuk memerangi mereka atau ketika takut kepada binatang buas, kebakaran, tenggelam, ataupun lainnya dengan melakukan sholat khauf (karena takut). Legalitas hukum sholat khauf di dasarkan pada firman Allah swt yang artinya:
“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, Maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat), Maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu.”
(QS. An Nisa: 102)
Berdasarkan berbagai sumber yang shahih, Nabi saw. juga dilaporkan pernah menunaikan sholat khauf bersama para sahabatnya. Sholat ini disyariatkan pada tahun ketujuh hijrah berdasarkan keterangan Jabir bin Abdullah: “Rasulullah saw. berperang enam kali sebelum sholat khauf, dan sholat khauf baru disyariatkan pada tahun ketujuh. (Abd. Aziz Muhammad Azzam dan Abdul WAhhab Sayyed Hawwas, 2009: 300-301)
Tata Cara Sholat Khauf
Berikut ini keterangan selengkapnya: (Syaikh Sayyid Sabiq, 1998: 654-663)
1. Jika musuh tidak berada pada arah kiblat, maka dalam shalat yang dua rakaat, imam shalat satu rakaat dengan kelompok pertama, kemudian menunggu sampai mereka menyelesaikan sendiri-sendiri kekurangannya, lalu pergi menghadapi musuh. Lalu kelompok kedua maju ke muka dan shalat dengan imam dalam rakaat yang kedua. Imam menunggu mereka hingga mereka menyelesaikan kekurangan yang satu rakaat lagi, dan imam akan mengucapkan salam dengan mereka bersama-sama. Diriwayatkan Shalih bin Khawat, dari Sahal bin Khaitsamah, ia berkata:
“satu kelompok berbaris bersama Nabi saw, sedang kelompok lainnya berbaris menghadapi musuh. Beliau shalat bersama kelompok pertama itu satu rakaat dan tetap berdiri. Kelompok itu selanjutnya menyelesaikan shalatnya sendiri-sendiri, lalu pergi menghadapi musuh, lalu datnglah kelompok kedua dan beliau kemudian shalat satu rakaat, sisanya bersama mereka. Beliau tetap duduk menunggu mereka menyelesaikan shalatnya, kemudian beliau mengucapkan salam bersama mereka. (HR. Jama’ah, kecuali Ibnu Majah)
2. Jika musuh juga tidak berada di arah kiblat, maka imam shalat satu rakaat dengan kelompok pasukan, sedang kelompok lainnya menghadapi musuh. Kelompok pertama tadi kemudian pergi menghadapi musuh, sedangkan kelompok yang tadinya berjaga-jaga lalu shalat satu rakaat bersama imam. Masing-masing kelompok, kemudian menyelesaikan sendiri rakaatnya yang kedua. Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a, ia berkata:
صَلِى َرسُولُ اللهِ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ بِإِحْدَى الَطَائِفَتَيْنِ رَكْعَةً, وَ الَطَائِفَةُ اْلْأُخْرَى مُوَاجِهَةٌ لِلْعَدِو, ثُمَ انْصَرَفُوْا, وَ قَامُوْا فِي مَقَامِ أَصْحَاِبِهمْ مُقْبِلِيْنَ عَلَى اْلعَدُوِ, وَ جَاءَ أُولَئِكَ, ثُمَ صَلَى بِهِمُ الَنِبيِ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ رَكْعَةً, ثُمَ سَلَمَ , ثُمَ قَضَى هَؤُ لاَءِ رَكْعَةً وَ هَؤُلاَءِ رَكْعَةً.
“Rasulullah saw bersabda, shalat satu rakaat dengan salah satu dari dua kelompok, sedang kelompok lainnya menghadap musuh, kemudian kelompok pertama itu pergi menggantikan kelompok kedua untuk mengahadap musuh. Kelompok kedua itu datang, lalu shalat satu rakaat bersama Rasulullah. Beliau lalu mengucapkan salam, dan kedua kelompok itu menyelesaikan satu rakaat lagi dengan cara sendiri-sendiri. (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Imam shalat dengan masing-masing kelompok dua rakaat. Maka dua rakaat pertama kedudukannya bagi imam sebagai fardhu, sedang dua rakaat yang akhir sebagai sunnah. Bermakmumnya orang yang shalat fardhu pada orang yang shalat sunnah itu hukumnya boleh. Dari Jabir r.a, Ia berkata:
أَنَهُ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ صَلَى بِطَائِفَةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ رَكْعَتَيْنِ, ثُمَ صَلَى بِائَخَرِيْنَ رَكْعَتَيْنِ, ثُمَ سَلَمَ.
“Rasulullah saw bersabda, shalat dengan kelompok sahabatnya dua rakaat, lalu shalat lagi dengan kelompok lain dua rakaat, kemudian beliau salam. (HR. Syafi’I dan Nasa’i)
Ahamad, Abu Daud Dan Nasa’I juga meriwayatkan dari jabir,
Rasulallah SAW. Shalay khauf bersama kami.Beliau shalat dua rakaat bersama sebagian sahabatnya hingga salam. Mereka (yakni kelompok pertama ini), lalu mundur . Para sahabat yang laen (kelompok kedua) datang. Beliau shalat dua raka’at bersama mereka hingga salam. Jadi Rasulallah SAW shalat empat rakaat, sedangkan masin-masing kelompok shalat dua Raka’at.
Dalam riwayat Ahmad, Bukhari, dan Muslim dari jabir r.a berkata:
كُنَا مَعَ النَبِيْ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ بِذَاتِ الرِقَاعِ, وَ أَقِيْمَتِ الصَلاَةِ, فَصَلَى بِطَائِفَةِ رَكْعَتَيْنِ, ثُمَ تَأْخَرُوا, وَ صَلَى بِالطَائِفَةِ الأُخْرَى رَكْعَتَيْنِ, فَكَانَ لِلنَبِيِ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ أَرْبَعٌ وَ لِلْقَوْمِ رَكْعَتَانِ.
Kami ikut bersama Rasulallah SAW. Dalam pertemuran dzatur riqo’, lalu shalat di iqomati. Beliau shalat dua rakaat denga kelompok pasukan, lalu kelompok ini mundur. Kemudian beliau shalat lagi dengan kelompok lain sebanyak dua rakaat pula. Jadi rasulallah shalat empat rakaat sedang dua kelompok itu masing-masing dua rakaat.
4. Jika musuh berada di arah kiblat, maka imam shalat bersama dua kelompok sekaligus. Sambil terus berjaga-berjaga, mereka mengikuti imam dalam setiap rukun shalat, kecuali sujud. Pada waktu sujud, kelompok pertama melakukannya dulu, sedang kelompok kedua menungga. Bila kelompok pertama talah selesai barulah kelompok kedua sujud. Selanjutnya, setelah rakaat pertama selesei, kelompok pertama berganti tempat dengan kelompok kedua. Artinya, yang tadinya berada pada barisan depan pindah ke barisan belakang.
Dari Jabir r.a iaberkata:
شَهِدْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ صَلَاةَ اْلخَوْفِ, فَصَفَنَا صَفَيْنِ خَلْفَهُ, وَ اْلعَدُوُ بَيْنَنَا وَ بَيْنَ اْلقِبْلَةِ, فَكَبَرَ النَبِيِ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ وَ كَبَرْنَا جَمِيْعًا, ثُمَ رَكَعَ وَ رَكَعْنَا جَمِيْعًا ثُمَ رَفَع َرَأْسَهُ مِنَ الرُكُوْعِ, وَ رَفَعْنَا جَمِيْعًا, ثُمَ انْحَدَرَ بِالسُجُوْدِ وَ الَصفُ الَذِي َيِلْيهِ, وَ قَامَ الصَفُ اْلُمُؤْخَرُ فِي نَحْرِ اْلعَدُوِ. فَلَمَا قَضَى النَبِي صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ السُجُوْدَ وَ الصَفُ الَذِي يَلِيْهِ, وَ قاَ مَ الصَفُ الْمُؤَ خَرُ فيِ نَحْرِ الْعَدُوِ. فَلَماَ قَضىَ النَبِي صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ السُجُوْدَ وَ الصَفُ الَديْ يِلِيْهِ اِنْحَدَرَ الصَفُ الْمُؤَخَرُ بِالسُجُوْدِ, وَ قَامُوْا, ثُمَ تَقَدَمَ الصَف ا لْمُؤَخَرُ. وَ تَأَخَرَ الصَفُ الْمُقًدَمُ, ثُمَ رَكَعَ النَبِي صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ وَ رَكَعْنَا جَمِيْعًا, ثُمَ رَفَعَ رَأْسَهُ, وَ رَفَعْناَ جَمِيْعًا, ثُمَ انْحَدَرَ بِالسُجُوْدِ وَ الصَفُ الَذِيْ يَلِيْهِ, الَذِيْ كَانَ مُؤَخَرًا فِيْ الرَكْعَةِ اْلأُوْلىَ, وَ قَامَ الصَفُ اْلمُؤَخَرُ فِيْ نَحْرِ الْعَدُوِ, فَلَمَا قَضَى النَبِيُ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ السُجُوْدِ فِي الصَفُ الَذِيْ يَلِيْهِ, اِنْحَدَرَ الصَفُ الْمُؤَخَرُ بِالسُجُوْدِ, فَسَجَدُوا, ثُم َسَلَمَ النَبِيُ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ وَ سَلَمْنَا جَمِيْعَا.
Saya mengikuti shalat khauf bersama rasulallah. Kami di bagi menjadi dua barisan dan berdiri di balakang beliau. Sementara itu, musuh berada di antar kami dan kiblat.Rasulallah membaca takbir dan kami semua bertakbir. Beliau ruku’ dan kami semua ikut ruku’. Beliau mengangkat kepala dari ruku’, dan kami semua ikut mengangkat kepala dari ruku’. Ketika beliau sujud, shof yang di depan ikut sujud, sedang yang di belakang tetap berdiri menghadap musuh. Setelah Rasulallah selesei sujud bersama shof pertama, maka shof kedua turun sujud kemudin kembali berdiri. Selanjutnya shof yang di belakang maju kedepan dan shof yang di belakang maju kedepan dan shof yang didepan mundur kebelakang. Lalu Rasulallah ruku’. Beliau mengangkat kepala (dari ruku’) dan kamipun mengangkat kepala. Pada waktu beliau sujud, shaf depan yang pada waktu rakaat pertama tai berada di belakang mengikuti sujud, sedang shaf yang kedua menghadap musuh. Setelah Nabi saw selesai sujud bersama shaf pertama, shaf kedua baru melakukan sujud. Kemudian Nabi saw mengucapkan salam dan kami pun bersama-sama mengucapkan salam. (HR. Ahmad, Muslim, Nasa’i, Ibnu Majah, Baihaqi).
5. Kedua kelompok shalat dengan imam bersama-sama. Kelompok pertama berdiri menghadap musuh, sedangkan kelompok pertama lainnya shalat satu rakaat bersama imam, lalu pergi menghadap musuh. Kelompok yang tadinya berjaga-jaga menghadap musuh kemudian datang dan shalat satu rakaat sendiri-sendiri. Ketika itu iamam masih keadaan berdiri (shalat). Lalu imam meneruskan shalat rakaat kedua dengan mereka. Setelah selesai, kelompok yang tadinya berjaga-jaga menghadapi musuh, lalu satu rakaat sendirian, sedangkan imam dan kelompok kedua masih tetap duduk menunggu. Kemudian kedua kelompok itu mengucapkan salam bersama imam. Dari abu Hurairah, ia berkata:
“Aku mengikuti shalat khauf bersama rasulallah pada perang najed. Ketika itu beliau shalat ashar. Beliau berdiri dengan satu kelompok, sedang kelompok lain menghadap kea rah musuh, punggung mereka menghadap kiblat. Beliau membaca takbir dengan seluruh pasukan yakni pasukan yang berdiri bersama beliau dan yang menghadap kea rah musuh. Beliau ruku’ satu kali, dan kelompok pertama yang bersama beliau ikut ruku’, beliau sujud dan kelompok itupun sujud. Adapun kelompok lain tetap berdiri menghadap musuh.
Beliau kemudian berdiri dan kelompok pertama pun ikut berdiri. Mereka kemudian pergi menghadap musuh, menggantikan kawan-kawannya. Lalu kelompokkedua yang di gantikan itu ruku’, kemudian sujud, sedang Rasulallah tetap berdiri. Kelompok kedua ini kemudian berdiri untuk raka’at kedua. Setelah itu Nabi SAW mengimami mereka ruku’ dan dilanjutkan sujud sampai duduk. Kelompok pertam kemudian datang,lalu ruku’ dan sujud sendiri-sendiri. Setelah sama-sama duduk, Rasulallah SAW mengucapkan salm dan di ikutioleh mereka. Jadi Rasulallah SAW. Mengerjkan shalat dua rakaat, dan masing-masing kelompok juga dua rakaat. (HR. Ahmad, Abu Daud, Nasa’i).
6. Masing-masing kelompok membatasi shalat dengan imam hanya satu rakaat saja. Dengan demikian, imam melakukan shalat dua rakaat, sedang masing-masing kelompok satu rakaat. Dari Ibnu abbas, ia berkata:
أَنَّ رَسُوْلَ الله صلي الله عليه وسلم صَلَّى بِذِي قَرَدٍ, وَ صَفَّ النَّاسُ خَلْفَهُ صَفَّيْنِ, صَفًّا خَلْفَهُ,
وَصَفَّا مُوَازِيَ الْعَدُوِّ, فَصَلَّى بِالَّذِيْنَ خَلْفَهُ رَكْعَةً, ثُّمَّ انْصَرَفَ هَؤُلاَءِ, وَ جَاءَ دَوْرُ أُولَئِكَ, فَصَلَّى بِهِمْ رَكْعَةً وَ لَمْ يَقْضُوْا رَكْعَةٍ.
“bahwasanya Rasulullah saw shalat dalam epperangan Dzi Qarad. Orang-orang berbaris di belakang beliau dua shaf, satu shaf di belakang beliau dan satu shaf lebih menghadapi musuh. Beliau shalat dengan shaf yang ada di belakang beliau itu satu rakaat, lau shaf yang sudah shalat ini pergi menggantikan yang belum shalat. Kelompok yang digantikan itu lalu mengerjakan shalat bersama Rasulullah saw satu rakaat dan tidak menambahinya lagi. (HR. Nasa’I dan Ibnu Hibban yang menshahihkannya)
Refferensi
Anwari, dkk. 2004. Fiqh. Tulungagung: Tim MGMP Tulungagung
Ar-Rahbawi, Syaikh Abdul Qadir. 2005. Shalat Menurut Empat Madzhab. Jakarta: Pustaka Al-kautsar
Ayyub, Sayaikh Hasan. 2002. Fikih Ibadah. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar
Mughnyah, Muhammad Jawad.1991. Fiqih Lima Madzhab. Jakarta: Basrie Press
Muhammad Azam, Abdul Aziz dan Sayyed Hawwas Abdul Wahhab. 2009. Fiqh Ibadah. Jakarta: AMZAH
Syaltout, Syaikh Mahmoud & Syaikh M. Ali As-Sayis. 1973. Perbandingan Madzhab Dalam Masalah Fiqih. Jakarta: Bulan Bintang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar