Aksi, reksi dan interaksi manusia dengan manusia menjadi sebuah keharusan adanya, manusia sebagai mahluk zon politicon, dari proses hubungan yang dilakukan secara terus menerus antar sesama dan yang ada diluarnya, kemudian menghasilkan sebuah ilmu, pengetahuan atau pengalaman dan produk sejarah yang lahir bersama aspek kesejarahannya sendiri.
Mindset, pradigma, meanstream yang terbangunpun juga menyesuaikan dengan
realitas dan ide yang berkembang saat lahirnya sejarah itu ada, perubahah-perubahan atau pengulangan-pengulangan yang terjadi mesti terjadi secra terus menerus dengan warna beda dan sedikit pengulangan-pengulangan yang berbeda juga adanya.Sejarah lahir yang di iringi dengan berbagai proses aksi interaksi manusia dengan perangkat sejarahnya akan dipengaruhi sedikitnya historisitas, norma, agama, idiologi, politik, ekonomi, geografis, suku, ras, watak, kejiwaan, keyakinan, stratifikasi, mobilisasi, deferensiasi serta aspek besar dan kecil lainnya, seperti emosi, kesehatan, suasana hati, cita-cita, perasaan, angan angan, cinta, tauhid dan factor-faktor lain yang tidak terbahasakan.
Manusia yang hidup di desa dan di kota akan membentuk pola yang berbeda, yang dikarantina dan tidak, di pesantren dan di terminalpun juga membentuk pola-pola yang jauh berbeda walau isi hati dan keinginannya hampir sama. Kebahagiaan yang di capai juga menjadi beda walaupun efek kepuasannya juga akan sama dalam perbedaan yang yang mata.
Aspek kehidupan dan warna warninya dalam sejarah manusia sangat komplek bersama realitas sejsarahnya yang betul betul berbeda dengan beberapa perangkat yang mempengaruhinya, sehingga dalam kontejs apapun khususnya dalam konteks sosial manusia tidak dapat kita generalisir seperti pendapat tilisan tulisan yang seing ada, ataupun kita simpulkan tanpa mencoba membaca, mengenal dan masuk pada kehidupannya secara intensif dan lama.
Kesimpulan intertretasi tentang manusia sebagai makhluk sosial, menjadi acuan dalam manusia menyelesaikan sebuah problem sosial atau persoalan yang muncul kepermukaan terkait dengan manusia sebagai mahluk sosial yag tidak dapat dengan serta merta hidup senbdiri tanpa orang lain.
Manusia dalam masa hidupnya minimal mengenal sedikitnya tiga waktu, yaitu: masa lalu atau sering disebut sejarah, waktu sekarang atau realitas detik yang tidak akan pernah terulang dan waktu akan datang yang seperti terdapat pada cita-cita atau dugaan-dugaan. Akan tetapi dalam perjalanannya manusia sering terjebak pada sejarah yang yang sudah banyak di hafal, sehingga sejarah sering membunuh ide manusia terkait dengan budaya yang mengkukung manusia.
Pengalaman hidup masa lalu yang mendominasi pikiran manusia, bahkan mendominasi manusia dalam pemaknaan realitas yang belum banyak ditemukan terkait dengan cita, rasa dan karsa manusia yang terus berubah dan berubah, hal seperti itu sudah dianggap sebagai hal yang sudah wajar, terlebih mereka yang te;ah teracini oleh adat, norma, aturan, undang, undang atau kebiasaan kebiasaan yang berhubungan dengan pengaleman atau dalam lingkungan sosial yang sudah dianggap berharaga walaupun menurut akal sehat betul-betul salah.
Sedikit berbeda dengan mereka yang terbiasa dengan hidup yang penuh kebebasan yang mungkin akan mengenal kehidupan semakin banyak dan mungkin juga mengenal kehidupan dengan apa adanya, norma yangbterabaikan ini sering membawa manusia menemukan kehidupan yang selangkah lebih beda dari pada mereka-mereka yang hidup dalam kehidupan yang penuh dengan kungkungan norma-norma yang mengkungkung ide, jadi sekiranya dalam kehidupan sosial kita harus pandai memilah dan memilih terkait dengan apa yang menjadikan manusia lebih manusia dengan segala ide yang ada pada manusia sebagai manusia individu yang harus dijaga adanya.
Ada kebenaran universal dan ada pula kebenarean individual yang harus dijaga adanya, karena merupakan potensi laten yaang sering terlupakan sebagai manusia yang penuh dengan ide ide yang belum tergambarkan ke alam secara nyata dan lebih mendetail. Manusia bukan tumbuhan yang hanya bergerak ditempat dan terserah pada yang memanfaatkannya, manusia bukan batu yang duam ditempat tanpa akal dan tanpa jiwa dan hati, manusia bukan air sungai yang mengfalir pada hulu ke hilir saja, manusia bukan hewan yang hanya memenuhi makan dan minum serta kebutuhan libido saja akan tetapi manusia memiliki segalanya bersama akal , hati, jiwa dan segala perangkatnya yang sangat mengagungkan, unutk itu manusia harus lebih bergerak, lebih ber budaya, lebih banyak ide yang ditelorkan atau lebih-lebih yang lain yang ,mungkin belum terbahasakan oleh manusiua yang pernah ada. Mahluk lain juga memiliki aspek sosial akan tetapi mestinya berbeda dengan aspek sosialnya manusia yang disertai dengan perangkat ynga lebih lengkap.
Jadi manusia jangan menuhankan sejarah, karena sejarah hanyalah salah satu perangkat manusi adalam melakukan hubungan dengan manusia , sejarah hanya sebagai salah satu kendaraan unutk meentukan kebenaran yang lebih benar, dan sejarah bukan tuhan dan sejarah bukan tuhan dan sejarah bukan tuhan, manusia itu salah satu pencipta sejarah, sehigga jika hari ini kita termakan oleh sejarah dan kemudian tidak mencipta sejarah maka kita dapat dogolingkan manusia yang buta akan kehidupan akan datang yang berarti kita akan selalu termakan oleh sejarah.
Manusia sering tertipu tetang sejarah orang-orang yang dikatakan orang besar, dengan sejarah kebaikan-kebaikan, kesuksesan, yang tanpa menyertakan berapa kejahatan atau berapa pembunuhan yang dilakukan unutk dia agar tertulis dalam sejarah itu sebagai manusia besar yang pernah hidup dalam sejarah. Dengan penipuan sejarah yang membunuh tersebut akan membawa manusia ke alam mimpi yang kemudian terjerumus dalam kesesatan yang nyata.
Dalam Kehidupan Sosial coba kita kembangkan pola hidup yang mengedepankan rasa, akal bukan budaya yang membabi buta, sehingga ide tentang kebaikan yang ada dalam benak kita tidak terbunuh dengan konstruk sosial yang belum tentu benar adanya, manusia sungguhpun berbeda adanya dengan ide yang ada dalam dirinya, terlebih bila manusia sering berfikir menggunakan segala perangkat yang dimilikinya, manusia tetap manusia jika mereka mau dan mampu menggunakan segala potensi manusia yang ada dalam dirinya, manusia tidak serta merta terbentuk dalam konstruk sosial akan tetapi manusia juga mengkonstruk sosial yang ada di sekelilingnya.
By: Abdullah SAM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar