Rabi’ah al-Adawiyah adalah satu di antara para sufi Basrah yang paling terkenal, Beliau dilahirkan sekitar awal abad kedua Hijriahmungkin sekitar tahun 95-99 H / 713 – 717 M, di kota Basrah, Iraq. Rabi’ah, dan beliau wafat di tahun 185 H/801 M.Rabi'ah al-Adawiyah adalah sufi wanita yang memberi warna tersendiri dalam dunia tasawuf dengan pengenalan ajaran tasawufnya yang sangat dikenal dengan konsep mahabbahnya. Sebuah konsep pendekatan diri kepada Tuhan atas dasar kecintaan, bukan karena takut akan siksa neraka ataupun mengharap surga. Cinta Rabiah merupakan cinta yang tulus tanpa mengharap balasan sama sekali.
Head note
Kalangan sufi yang terkenaldengankonseptentangcinta (cintakepadaTuhan) adalah Rabiah al-Adawiyah, dengan konsep pemikiran tasawufnya yaitu mahabbah illahiyah (kecintaan kepada Tuhan). Seorang wanita sufi dari Basrah yang terkenal dengan ibadah dan kedekatannya dengan Allah Swt dengan memasukkan konsep kecintaan terhadap Tuhan dalam dunia tasawuf, dan beliau merupakan satu-satunya sosok perempuan yang menjadi tokoh tasawuf atau biasanya disebut sufi, dan dalam kebanyakan orang menyebutnya Wali Allah.
Ciri utama para sufi ialah usahanya yang gigih untuk mencapai puncak makrifat, hingga kepada "pertemuan" dengan Allah. Untuk tujuan itu timbullah berbagai usaha merintis jalan untuk mencapainya. Pada mulanya zahid Hasan Basri menempuh zuhud dengan khauf. Kemudian oleh Rabi'aah al-Adawiyah, khauf ditinggalkan pada cinta Ilahi yang banyak mewarnai para sufi di zaman zaman selanjutnya.
Cinta yang tumbuh karena cerahnya mata batin dalam melihat kemakhlukan diri, serta kesadaran akan kasih sayang Allah yang selalu dirasakan tak pernah berhenti membelai dirinya. Sebagaimana firman Allah:
Ciri utama para sufi ialah usahanya yang gigih untuk mencapai puncak makrifat, hingga kepada "pertemuan" dengan Allah. Untuk tujuan itu timbullah berbagai usaha merintis jalan untuk mencapainya. Pada mulanya zahid Hasan Basri menempuh zuhud dengan khauf. Kemudian oleh Rabi'aah al-Adawiyah, khauf ditinggalkan pada cinta Ilahi yang banyak mewarnai para sufi di zaman zaman selanjutnya.
Cinta yang tumbuh karena cerahnya mata batin dalam melihat kemakhlukan diri, serta kesadaran akan kasih sayang Allah yang selalu dirasakan tak pernah berhenti membelai dirinya. Sebagaimana firman Allah:
Artinya : Yaitu; Leatakkanlah ia (musa) di dalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya di ambil oleh (Fir’aun) musuh-Ku dan musuhnya’. Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih saying yang dating dari pada-Ku ; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku. .(QS. Thaha, 20:39)
Disebutkan pula dalam QS. Al-Baqarah, 2:165:
Yang artinya: Dan di antaramanusiaada orang-orang yang menyembahtandingan-tandinganselain Allah;merekamencintaisebagaimanamerekamencintai Allah.Adapun orang-orang yang berimaanamatsangatcintanyakepada Allah.Dan jikaseandainya orang-orang yang berbuatzalimitu (orang-orang yang menyembahselain Allah) mengetahuiketikamerekamelihatsiksa (padaharikiamat), bahwakekuatanitukepunyaan Allah semuanya, danbahwa Allah amatberatsiksa-Nya (niscayamerekamenyesal). (QS. Al-Baqarah, 2:165)
Yang artinya: Dan di antaramanusiaada orang-orang yang menyembahtandingan-tandinganselain Allah;merekamencintaisebagaimanamerekamencintai Allah.Adapun orang-orang yang berimaanamatsangatcintanyakepada Allah.Dan jikaseandainya orang-orang yang berbuatzalimitu (orang-orang yang menyembahselain Allah) mengetahuiketikamerekamelihatsiksa (padaharikiamat), bahwakekuatanitukepunyaan Allah semuanya, danbahwa Allah amatberatsiksa-Nya (niscayamerekamenyesal). (QS. Al-Baqarah, 2:165)
1. Riwayat hidup Rabi'ah al-Adawiyyah
Rabi’ah binti Ismail al-Adawiyah yang nama lengkapnya adalah Ummul Khair Rabi’ah binti Isma’il al-Adawiyah al-Qisiyyah adalah satu di antara para sufi Basrah yang paling terkenal, Beliau juga termasuk dalam daftar tokoh-tokoh sufi (zahid) abad pertama dan kedua hijriah.Beliau dilahirkan sekitar awal abad kedua Hijriahmungkin sekitar tahun 95-99 H / 713 – 717 M, di kota Basrah, Iraq. Dia lahir dalam sebuah keluarga yang miskin harta namun taat. Ayahnya hanya bekerja mengangkut penumpang menyeberangi Sungai Dijlah dengan menggunakan sampan.
Menjelang dewasa, ujian tak jua berhenti menerpanya. Keadaan itu semakin buruk setelah beliau ditinggalkan ayah dan ibunya. Ketika kedua orang tuanya meninggal, dia dijual sebagai budak, tetapi akhirnya dibebaskan oleh tuannya karena kesufian dan kesalehannya. Sejak kecil Rabi’ah memang berjiwa halus, mempunyai keyakinan yang tinggi serta keimanan yang mendalam. Cinta dan gairah Rabiah kepada Allah sangat dalam, hingga tidak ada satupun ruangan yang tertinggal di hati maupun pikirannya untuk pikiran atau kepentingan lain.Rabi'ah hidup zuhud dan sangat dekat dengan Tuhan. Banyak beribadah, bertaubat, menjauhi hidup duniawi dan menolak segala bantuan materi yang diberikan orang kepadanya.
Memasuki usia lebih dari 90 tahun, Rabi'ah, wanita sufi Basrah yang terkenal dengan ibadah, kedekatan, dan kecintaannya kepada Tuhan, menurut riwayat, beliau wafat tahun 185 H/801 M. Banyak yang mengatakan bahwa beliau dikuburkan dekat kota Yerussalem, namun terdapat perbedaan pendapat dalam hal ini. Mayoritas ahli sejarah meyakini bahwa kota kelahirannya adalah tempat beliau dikubur.
Rabi’ah binti Ismail al-Adawiyah yang nama lengkapnya adalah Ummul Khair Rabi’ah binti Isma’il al-Adawiyah al-Qisiyyah adalah satu di antara para sufi Basrah yang paling terkenal, Beliau juga termasuk dalam daftar tokoh-tokoh sufi (zahid) abad pertama dan kedua hijriah.Beliau dilahirkan sekitar awal abad kedua Hijriahmungkin sekitar tahun 95-99 H / 713 – 717 M, di kota Basrah, Iraq. Dia lahir dalam sebuah keluarga yang miskin harta namun taat. Ayahnya hanya bekerja mengangkut penumpang menyeberangi Sungai Dijlah dengan menggunakan sampan.
Menjelang dewasa, ujian tak jua berhenti menerpanya. Keadaan itu semakin buruk setelah beliau ditinggalkan ayah dan ibunya. Ketika kedua orang tuanya meninggal, dia dijual sebagai budak, tetapi akhirnya dibebaskan oleh tuannya karena kesufian dan kesalehannya. Sejak kecil Rabi’ah memang berjiwa halus, mempunyai keyakinan yang tinggi serta keimanan yang mendalam. Cinta dan gairah Rabiah kepada Allah sangat dalam, hingga tidak ada satupun ruangan yang tertinggal di hati maupun pikirannya untuk pikiran atau kepentingan lain.Rabi'ah hidup zuhud dan sangat dekat dengan Tuhan. Banyak beribadah, bertaubat, menjauhi hidup duniawi dan menolak segala bantuan materi yang diberikan orang kepadanya.
Memasuki usia lebih dari 90 tahun, Rabi'ah, wanita sufi Basrah yang terkenal dengan ibadah, kedekatan, dan kecintaannya kepada Tuhan, menurut riwayat, beliau wafat tahun 185 H/801 M. Banyak yang mengatakan bahwa beliau dikuburkan dekat kota Yerussalem, namun terdapat perbedaan pendapat dalam hal ini. Mayoritas ahli sejarah meyakini bahwa kota kelahirannya adalah tempat beliau dikubur.
2. Ajaran tasawuf Rabi’ah Al-adawiayah
Ajaran tasawuf yang dibawanya itu dikenal dengan istilah al-mahabbah.Hampirseluruh literature bidangtasawufmenyebutkanbahwatokoh yang memperkenalkanajaranmahabbahiniadalahRabi’ah al-Adawiyah. Hal inididasarkanpadaungkapan-ungkapannya yang menggambarkanbahwaIamenganutpahamtersebut.
Paham ini merupakan kelanjutan dari tingkat kehidupan zuhud yang di kembangkan oleh Hasan al-Basri, yaitu takut dan pengharapan dinaikkan oleh Rabi’ah menjadi zuhud karena cinta (cinta yang suci). Ia betul-betul hidup dalam keadaan zuhud dan hanya ingin berada dekat dengan Tuhan. Ia banyak beribadat, bertobat dan bertobat dan menjauhi hidup duniawi, dan menolak segala bantuan materi yang diberikan orang kepadanya. Bahkan ada do’a-do’a beliau yang isinya tidak mau meminta hal-hal yang bersifat materi dari tuhan. Hal ini dapat dilihat dari ketika teman-temannya ingin memberi rumah kepadanya, Ia mengatakan: “ Aku takut kalau rumah akan mengikat hatiku, sehingga aku terganggu dalam amalku untuk akhirat”. Kepada seorang pengunjung Ia memberi nasihat: “Memandang dunia sebagai sesuatu yang hina dan tak berharga, adalah lebih baik bagimu”. Segala lamaran cinta pada dirinya, juga ditolak, karena kesenangan duniawi itu akan memalingkan perhatian pada akhirat.
Referensi
As, Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf Rajawali pers, PT Raja Grafindo Persada Jakarta, 2002
Nata, Abuddin,Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf Rajawalipers, PT RajaGrafindoPersada Jakarta, 1995.
Nata, Abuddin, H, Akhlak Tasawuf Rajawalipers, PT RajaGrafindoPersada Jakarta, 2006.
Ajaran tasawuf yang dibawanya itu dikenal dengan istilah al-mahabbah.Hampirseluruh literature bidangtasawufmenyebutkanbahwatokoh yang memperkenalkanajaranmahabbahiniadalahRabi’ah al-Adawiyah. Hal inididasarkanpadaungkapan-ungkapannya yang menggambarkanbahwaIamenganutpahamtersebut.
Paham ini merupakan kelanjutan dari tingkat kehidupan zuhud yang di kembangkan oleh Hasan al-Basri, yaitu takut dan pengharapan dinaikkan oleh Rabi’ah menjadi zuhud karena cinta (cinta yang suci). Ia betul-betul hidup dalam keadaan zuhud dan hanya ingin berada dekat dengan Tuhan. Ia banyak beribadat, bertobat dan bertobat dan menjauhi hidup duniawi, dan menolak segala bantuan materi yang diberikan orang kepadanya. Bahkan ada do’a-do’a beliau yang isinya tidak mau meminta hal-hal yang bersifat materi dari tuhan. Hal ini dapat dilihat dari ketika teman-temannya ingin memberi rumah kepadanya, Ia mengatakan: “ Aku takut kalau rumah akan mengikat hatiku, sehingga aku terganggu dalam amalku untuk akhirat”. Kepada seorang pengunjung Ia memberi nasihat: “Memandang dunia sebagai sesuatu yang hina dan tak berharga, adalah lebih baik bagimu”. Segala lamaran cinta pada dirinya, juga ditolak, karena kesenangan duniawi itu akan memalingkan perhatian pada akhirat.
Referensi
As, Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf Rajawali pers, PT Raja Grafindo Persada Jakarta, 2002
Nata, Abuddin,Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf Rajawalipers, PT RajaGrafindoPersada Jakarta, 1995.
Nata, Abuddin, H, Akhlak Tasawuf Rajawalipers, PT RajaGrafindoPersada Jakarta, 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar