Setelah melihat banyaknya tuisan-tulisan yang banyak di cetak di selurh pelosok duia, baik kitab-kitab, buku-buku umum, seni, majalah, Koran, selebaran, dan sebagainya, kita anggap bahwa semua itu hanya kebantkan berasalal dari kemampuan akal semata, atau kebenaran yang banyak bersumber dari indra saja.
Sering terlupakan factor-faktor x lain yang sebenarnya adalah
pendukung utama adanya tulisan dan karya tersebut. Kebutuhan manusia sehari-hari tidak hanya kebutuhan yang nampak oleh indra, tetapi lebih jauh dari itu. Terkadang kebanyakan manusia mereka merasa bangga apa bila dapat sepadan dengan temannya, membuat atau memiliki seperti apa yang pernah dimiliki oleh temannya seperti yang pernah dilihat oleh matanya, dan apa yang ddilihat di jadikan petokan untuk menilai kebahagiaan seorang. Tidak banyak kemudian manusia itu melihat secara menyeluruh, itupun mereka sudah dengan bangganya menyimpulkan bahwa itu adalah kebaikan.Tidak pernah kita sadari bahwa kelatahan kita dalam segala aspek kehidupan ini memang alami atau memang di ciptaakan oleh orang-orang tertentu, kemudian kita merasa primiitif jika tidak memiliki seperti apa yang ditawarkan oleh iklan, atau bisa dikatakan budaya nurok buntek. Hal ini tidak sering kita sadari bahwa hari ini kita di bentuk sekaliigus sudah terkonstruk untuk memenuhi panggilan iklan yang ada. Kita telah dijadikan pasar berjalan oleh mereka yang berkepentigan, sehingga logika akal dan logika hati tidak berjalan dengan baik, atau selau timpang dan saling seret menyeret antara keduanya.
Kitapun haaari ini kita sudah tidak sadar bahwa hai ini kita telah terjajah, lebih-lebih akal dan kemedekaan hati, semuanya tela direnggut oleh mereka yang banyak mementingkan keuntungan di atas penderitan kepala-kepala yang dapa diperalat. Kebodohan, kejumudan, ketergantungan memang sengaja di ciptakan, walaupun seperti itu kita tidak akan bisa melawan penjajahan model baru ini, karena seluruh lini kehidupan telah masuk rekaman atau pantauan mereka, sehingga dengan rekayasa yang sangat hebat tersebut manusia tidak ingat lagi dengan bahwa dirinya adalah mahluk yang memiliki logika hati dan logika akal untuk mencari solusi tehadap segala persoalan hidup.
Ketika bangun dari tidur apa yang kita sentuh, apa yang kita pakai, apa yang kita tuju, apa yang kita kerjakan, pajak apa yang harus kita bayar, itu semua telah terbangun dengan rapi yang seakan akan hal itu adalah suatu hal yang wajar dan wajar sekali. Bisa kita bayangkan hari ini apa yang tidak dipajak, segala aspek dan pendukung hidup telah di kuasai, tanah di pajak, sabun dipajak, berjalan kena pajak, parkir pajak, minum pajak, merokok pajak, kemanapun dan kapanpun kita akan selau kena pajak, hingga bernafaspun juga kena pajak ya.. minimal ada pembayaran Kartu Tanda Penduduklah.
Akan tetapi siapa yang berani mengatakan bahwa hal ini dan hari ini adalah telah terjadi penjajahan, penindasan terhadap manusia lemah. Dapat kita katakana ini adaah bentuk pembunuhan hakikat manusia yang telah tercerabut logika hatinya, kemerdekaan manusia, kebebasan manusia, persamaan dan punokawane telah di bumi hanguskan oleh mereka yang telah memiliki keuasaan di tas. Terlebih lagi betapa mahalnya manusia jika ingin pinter, padahal kunci dari perubahan adalah di pendidikan. Sistemnya masih bagus UUnya masih relevan akan tetapi pelaksananya adalah mereka-mereka para penjajah yang bermuka pejuang.
Kemudian dengan dalih itu semua untuk kepentingan bersama “katanya” tetapi kita tahu bahwa ketika semuanya itu tidak kita bayar maka akan di cabut, di benci oleh orang disekeliling kita yang menjadi antek-antek penguasa. Sungguhpun kali ini kasihan bagi manusia yang tidak memiliki alat paka seperti peguasa demi mengabulkan segala keinginan poltik kekuasaannya, penguasa dengan alat pemerkosanya telah mampu membuat seluruh umat manusia beresimpuh lutut di belakangnya agar sekalian tidak berani dan takut bersuara keras tentang adanya penindasan. Dimanakah hati kita, masih adakah akal kita? ketika hari ini kita telah melihat dengan mata kepala sendiri terjadi gerakan tutup mulut, tutup akal dan tutup hati.
Oleh: Abdullah SAM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar