SELAMAT MEMBACA

Kamis, April 19, 2012

Biografi Ibnu Kholdun


Tokoh ini mempunyai nama lengkap Abd. Al-Rahman Ibn Muhammad Ibn Muhammad Ibn Muhammad Al-Hasan Ibn Jabir Ibn Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Khalid Ibn Usman Ibn Hani Ibn Al-Khattab Ibn Kuraib Ibn Ma’dikarib Ibn Al-Haris Ibn Uwail Ibn Hujr. dilahirkan di Tunisia pada 1 Ramadan 732 H / 27 Mei 1332 M, dan beliau meninggal dunia pada 26 Ramadan 808 H / 18 Mac 1406 M di Kaherah. Kawasan Khalduniyah di Tunisia masih ada sekarang hampir-hampir tidak berubah, dengan rumah yang dipercayai tempat kelahirannya. Keluarga Ibn Khaldun telah berpindah ke Tunisia dimana Ibn Khaldun dilahirkan, dan juga beliau mendapat pendidikan awalnya.
Sejarawan yang mempunyai nama kecil Abd. Al-Rahman ini biasanya dipanggil dengan nama keluarga (kunyah) Abu Zaid, yang diambil dari nama putra sulungnya, Zaid. Dia pun sering disebut dengan gelar  (laqab) wali al-din, sebuah gelar yang dibeikan kepadanya suatu memangku jabatan Hakim Agung di Mesir. Akan tetapi, lebih populer dengan nama Ibn Kholdun, yang didnisbatkan kepada nama kakeknya yang ke-9, yaitu Khalid. Khalid Ibn Usman adalah nenek moyangnya yang pertama kali memasuki Andalusia bersama para penakluk berkebangsaann Arab lainnya pada abad ke-8 masehi. Ia menetap di Karmona, sebuah kota kecil yang terletak diantara segitiga Kordova, Sevilla, Granada. Dengan demikian, karmona adalah kota pertama yang dijadikan tempat tinggal nenek moysng Ibn Kholdun. Setelah ekspansi ke Andalusia. Kemudian keturunan Khalid di kenal dengan sebutan Banu khaldun
Muhammad ibn Muhammad adalah ayah Ibnu khaldun yang namanya sama dengan nama kakeknya, yang lebih suka bergelut dalam bidang ilmu pengetahuan. Dia telah layak menerima pengaruh dari ayahnya yang pada akhir hidupnya lebih memfokuskan diri pada bidanh ini, dia memiliki pandangan bahwa dalam keadan yang serba tidak menentu ini,sangatlah berbahaya bermain dalam dunia politik. Oleh karena itu, ayah Ibnu Khaldun lebih serius menekuni dunia ilmu pengetahuan, sehingga dalam sejarah ia terkenal sebagai orang yang yang mahir bidang bahasa arab,tasawuf,tafsir dan saatra. Dia meninggal dunia pada tahun 1349 M,pada saat Ibnu Khaldun berusia 17 tahun. Dari latar belakang kluarga yang banyak bergerak dalam bidang politik dan ilmu pengetahuan separtininilah Ibni Khaldun dilahirkan di tunis pada awal ramadhan 732 H. Menuntut perhitungan para sejarawan, hal ini bertepatan dengan 27 Mei 1332 M. kondisi kluarga seperti itu kiranya teleh berperan dominan dalam membentuk Ibnu Khaldun. Dunia politik dan ilmu pengetahuan telah begitu menyatu dalam diri Ibnu Khaldun. Ditambah lagi kecerdasan dalam otaknya yang juga bertanggung jawab bagi pengembangan karirnya.
Corak pemikiran Ibnu Kholdun
Sebagai seorang pemikir , Ibnu Khaldun adalah produk sejarah. Oleh karena itu, untuk membaca pemikirannya,aspek historis yang mengitarinya tidak dapat dilepaskan begitu saja. Namun yang jelas, pemikiran Ibnu Khaldun tidak dapat dipisahkan dari pakar pemikiran Islamnya. Di sinilah letak alasan mengapa Iaqbal mengetakan bahwa seluruh semangat Muqaddimah, yang merupakan manifestasi pemikiran Ibnu Khaldun, diilhami pengarangnya Al-Quran sebagai sumber utama dan pertama ajaran Islam. Dengan demikian, pemikiran Ibnu Khaldundapat di baca melalui setting sosial yang mengitarinya yang diungkapkan,baik secara lisan maupun tulisan, sebagai sebuah kecenderungan.
Sebagai seorang filosof muslim, pemikiran Ibnu Khaldun sangatlah rasional dan banyak berpegang teguh pada logika. Hal ini sangat dimungkinkan, karena Ibnu Khaldun pernah belajar filsafat pada masa mudanya.banyak pemikiranj para filosof sebelumnya telah mempengaruhi pamikiran filsafatnya, ada pandangan lain yang mengutarakan bahwa Ibnu Khaldun mendapat pengaruh dari Ibnu Rusydi(1126-1198 M) dalam masalh hubungan filsafat dan agama. Menurut Watt, ada kesan bahwa pemikiran Ibnu Khaldun merupakan kelanjutan dari Ibnu Rusyd dalam masalah ini. Akan tetapi pada sisi lain, Ibnu Khaldun juga berbeda dengan Ibnu Rusd dalam hal mencela filsafat,terutama dalam metafisika. Bahkan karena tajamnya kritik Ibnu Khaldun terhadap filsafat, banyak orang mengatakan bahwa Ibnu Khaldun memusuhi filsafat, meskipunsesungguhnya Ibnu Khaldun sendiri adalah seorang filosof.
Ibnu Khaldun sebagai seorang filosof kiranya mendukung posisinya sebagai seorang ilmuan. Selain sebagai seorang rasionalis, Ibnu Khaldun juga sebagai seorang empiris. Ibnu Khaldun telah berhasil memadukan antara metode induksi dan deduksi dalam pengetahuan islam. sebagai seorang ilmuan, Ibnu Khaldun berhasil membuat pemikiran sintesis antara aliran Rsionalisme dengan aliran Empirisme, antara induksi dan diduksi. Perpaduan antara kedua aliran pemikiran inilah yang kini disebut metode ilmiah. Dengan demikian, corak pemikiran Ibnu Khaldun dapat di katakan  “modern” pada masanya.
Bebeda dengan posisinya sebagai seorang filosof dan ilmuan, pemikiran Ibnu Khaldun dalam bidang  keagamaan sangatlah religious. Bahkan menuru Fua BaaliAli Wardi, Ibnu Khaldun memiliki sufistik  yang sangat kuat, karena dpengaruhi oleh doktrin sufi. Ibnu Khaldun adalah seorang pemikir  yang teguh memegang ajaran islam. Ibnu Khaldun telah berhasil memperlihatkan hubungan yang erat antara sains dan agama, sehingga meskipun berpandangan empiris,tetapi diliputi jiwa ketuhanan yang berasal dari semangat keagamaan. Semua gaya pemikiran Ibnu Khaldun di atas, baik selaku filosof, ilmuwan, maupun agamawan, terbentuk sebagai hasil dari kondisi sosio-kultiral yang ada pada masanya. Corak pemikirannya yang rasionalistik-empiristik-sufistik inilah yang dijadikan dasar pijakan Ibnu Khaldun dalam membangun konsep-konsep mengenai penhdidikan.
Cara memperoleh ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan menurut Ibnu Khaldun merupakan kemampuan manusia untuk membuat analisis dan sintesis sebagai hasil dari proses berpikir. Ada tiga tingkatan proses berpikir menurut Ibnu K haldun. Tingkatan pertama disebut Al-aql Al-tamyizi, yaitu pemahaman iitelektual manusi terhadap segala sesuatu yang ada di luar alam semesta dalam tatanan alam yang berubah, dengan maksud supaya manusia mampu menyeleksinya dengan dengan kemampuannya sendiri. Bentuk pemikiran seperti ini kebanyakan berupa persepsi-persepsi(tasbawwur), yang dapat membantu manusia membedakan segala sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, dengan menolak yang tidak bermanfaat.
Tingkatan kedua disebut Al-‘aql Al-tajribi ,yaitu pemikiran yang memperlengkapi manusia dengan ide-ide dan perilaku yang dibutuhkan dalam pergaulan dengan orang lain. Bentuk pemikiran seperti ini kebanyakan berupa apersepsi(tasbdik)yang di capai manusia melalui pengalaman, hingga benar-benar dirasakan manfaatnya.
Tingkatan ketiga disebut Al-‘aql Al-nazbari, yaitu pikiran yang memperlengkapi manusia dengan pengetahuan (‘ilm) atau pengetahuan hipotesis (dzann) mengenai sesuatu yang berada di belakang persepsi indra dalam tindakanpraktis yang menyertainya, bentuk pemikiran seperti ini merupakan gabungan persepsi dan apersepsi yang tersusun secara khusus yang dapat membentuk sebuah pengetahuan.
Dengan tiga tingkatan cara memperoleh ilmu pengetahuan tersebut, Ibnu Khaldun membagi ilmu pengetahuan dalam dua katagori, yaitu Al-‘ulum Al-aqliyah dan Al-‘ulum Al-‘aliyah. Al-‘ulum Al-‘aqliyah bersifat alami (thabi’i) yang diperoleh manusia melalui kemampuan berpikirnya. Ilmu-ilmu ini mencakup empat ilmu pokok, yaitu logika, fisika, metafisika dan matematika.  Adapun Al-‘ulum Al-naqliyyh bersifat wadb’i (berdasarkan otoritas syariat) yang dalam batas-batas tertentu, akal tidak mendapat tempat, ilmu-ilmu ini diantaranya mencakup ilmu tafsir,ilmu kalam, ilmu balaghah,ilmu nahwu, kalam dan tasawuf
pendidikan, hal: 114.

Tidak ada komentar: