istilah kecerdasan emosional dipopulerkan oleh Goleman berdasarkan penelitiannya tentang neurolog dan penelitian para psikolog menyimpulkan bahwa EQ sama pentingnya dengan IQ. Dengan berkembangnya teknologi pencitraan otak (brain-imaging) sebuah teknologi yang kini membantu para ilmuwan dalam memetakan hati manusia semakin memperkuat keyakinan bahwa otak memiliki bagian rasional dan emosional yang saling bergatung.
Kecerdasan emosinal merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosi mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda tetapi saling melengkapi dengan kecerdasan akademik (academic intelligence) yaitu kognitif murni yang diukur dengan IQ. Banyak orang yang cerdas, dalam arti terpelajar, tetapi mempunyai kecerdasan emosi, sehingga dalam bekerja menjadi bawahan orang ber-IQ lebih rendah tetapi unggul dalam keterampilan kecerdasan emosi.
Daniel Goleman mengklasifikasikan kecerdasan emosional atas lima komponen penting, yaitu: (1) mengenali emosi, (2) mengelola emosi, (3) motivasi diri sendiri, (4) mengenali emosi orang lain, dan (5) membina hubungan.
Mengenali emosi diri, kesadaran diri (knowing one’s emotion self-awareness), yaitu mengetahui apa yang dirasakan seseorang pada suatu saat dan mengunkanannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
Mengelola emosi (managing emotion), yaitu menangani emosi sendiri agar berdampak positif bagi pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya satu tujuan, serta mampu menetralisir tekanan emosi.
Motivasi diri (motivating oneself), yaitu menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakan dan menuntun manusia menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak sanget efektif serta bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi. Kunci motivasi adalah memanfaatkan emosi, sehingga dapat mendukung kesuksesan hidup seseorang.
Mengenali emosi orang lain (recognizing emotion in other) empati, yaitu kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan orang banyak atau masyarakat. Hal ini berarti orang yang memiliki kecerdasan emosional ditandai dengan kemampuannya untuk memahami perasaan atau emosi orang lain.
Membina hubungan (handling relationships), yaitu kemapuan mengendalikan dan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, memahami dan bertindak bijaksana dalam hubungan antar manusia.
Sejumlah penelitian terbaru mngenai otak manusia semakin memperkuat kayakinan bahwa emosi mempunyai pengaruh yang besar dalam menentukan keberhasilan belajar anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar