Menurut Piaget, remaja dan dewasa awal sama-sama berada pada tahap operasional formal tetapi tingkat kualitasnya lebih baik pada masa dewasa awal
Menurut W. Perry : remaja berfikir dualistic, dewasa awal berpikir dengan pola relativisme total.
Menurut Warner Schaie
Schaie memformulasikan tahap-tahap perkembangan kognitif dalam 7 tahap, yakni:
1. Acquisitive stage ( 6- 25 th) : mencari, menguasai pengetahuan dan ketrampilan melalui jalur pendidikan.
2. Achieving stage (dewasa awal ) : masa pencapaian prestasi; kemampuan untuk mempraktekkan seluruh potensi intelektual, bakat minat, pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki selama masa akuisitif kedalam dunia karir.
3. Responsibility stage (dewasa awal & dewasa tengah): mempertanggung jawabkan segala tindakannya secara etika moral kepada kehidupan sosial keluarga, social pekerjaan dan social masyarakat
4. Executive stage (dewasa tengah): biasanya individu telah mencapai puncak karir, sehingga ia memiliki pekerjaan, peran dan tanggung jawab yang lebih besar dalam suatu system organisasi yang dibina sejak masa dewasa muda sebelumnya.
5. Reintegrative stage (deawasa akhir) : individu mulai melepaskan diri dan merenungkan kembali apa yang telah dicapai sebelumnya, serta mengolah kembali segala pengalaman yang berhasil maupun yang gagal sepanjang perjalanan hidupnya untuk memperoleh arti dan makna kehidupan.
Menurut Turner & Helms.
Perkembangan kognitif dewasa muda berada pada post formal reasoning/penalaran post formal. Kemampuan ini ditandai dengan pemikiran yang bersifat dialektikal (dialectical thought), yaitu kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mencari titik temu dari ide-ide, gagasan- gagasan, teori-teori, pendapat-pendapat dan pemikiran-pemikiran yang bersifat kontradiktif, sehingga individu mampu mensintesiskannya dalam pemikiran baru dan kreatif.
Menurut Jan Sinot.
Perkembangan dewasa muda berada pada tahap post formal, yang ditandai dengan karakteristik-karakteristik berikut :
1. Shifting gears : kemampuan mengaitkan penalaran abstrak dengan hal-hal yang bersifat praktis. Artinya individu bukan hanya mampu berfikir abstrak, tapi juga mampu menjelaskan/menjabarkan hal-hal abstrak (konsep/ide) menjadi sesuatu yang praktis yang dapat diterapkan secara langsung.
2. Multiple causality, multiple solutions: kemampuan untuk memahami suatu masalah dari berbagai factor (multiple factor) & mencari / menghadirkan berbagai alternative solusi
3. Pragmatism : individu dengan pemikiran post formal adalah individu yang pragmatis, artinya mampu menyadari dan memilih solusi terbaik dalam menyelesaikan suatu masalah (bersifat goal oriented), namun dapat menghargai pilihan solusi orang lain yang berbeda dengan dirinya.
4. Awareness of paradox : Kesadaran bahwa dalam memutuskan permasalahan dapat berakibat pada munculnya hal-hal yang bersifat paradoksal (bertentangan), misalnya positif negative / untung rugi, namun individu yang awareness of paradox memiliki keberanian dan ketegasan untuk menghadapi konflik tanpa harus melanggar prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar