SELAMAT MEMBACA

Rabu, Maret 21, 2012

KEPEMIMPINAN PERSPEKTIF PSIKOLOGI

  1. Kepemimpinan (LeaderShip)
Kepemimpinan adalah kemampuan dari seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Orang yang memimpin disebut sebagai pemimpin atau leader. Sebagai suatu proses social, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang atau sesuatu badan, yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat.
Atribut sentral dari kepemimpinan adalah pengaruh social (Burn, 2004; Chemes, 2001). Pemimpin adalah orang yang paling mempengaruhi perilaku dan keyakinan kelompok. Dia adalah orang yang memulai aksi, member perintah, mengambil keputusan, berperan sebagai suri tauladan, dan berada di garis depan dalam kelompoknya.
Ada beberapa definisi tentang kepemimpinan menutut para tokoh, di antaranya yaitu:

  1. Menurut Boring, Langeveld, dan Weld
Kepemimpinan adalah hubungan individu terhadap bentuk suatu kelompok dengan maksut untuk dapat menyelesaikan beberapa tujuan.
  1. Menurut George R. Terry
Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang agar dengan suka rela bersedia menuju kenyataan tujuan bersama.
  1. Menurut H. Ghoidamer dan E.A. Shils
Kepemimpinan adalah tindakan perilaku yang dapat mempengaruhi tingkah laku orang-orang lain yang dipimpin.
  1. Menurut John Ptiffner
Kepemimpinan merupakan seni dalam mengkoordinasikan dan mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.
Dari beberapa perumusan yang berbeda-beda tersebut ternyata bahwa di dalam setiap masalah kepemimpinan akan selalu terdapat adanya tiga unsur:
  1. Unsur manusia
Yaitu manusia sebagai pemimpin ataupun yang dipimpin. Bagaimana hubungan antara mereka itu dalam suatu kepemimpinan, bagaimana sifat seorang pemimpin dan syarat-syarat kepemimpinan itu tanpa melupakan bagaimana seharusnya manusia itu sebagai manusia.
  1. Unsur sarana
Yaitu segala macam prinsip dan teknik kepemimpinan yang dipakai dalam pelaksanaannya. Termasuk bekal pengetahuan dan pengalaman yang menyangkut individu itu sendiri dan kelompoknya. Dasar ilmu pengetahuan yang digunakan seperti psikologi, sosiologi, manajemen, dll.
  1. Unsur tujuan
Yaitu sasaran akhir ke arah mana kelompok manusia akan digerakkan untuk menuju maksut tertentu.
Ketiga unsur tersebut selalu ada dalam pelaksanaannya dan terjalin erat satu sama lain. (Wiyono Hadikusumo, 1973).
Teori-teori Pemimpin dan Kepemimpinan:
  1. Greatman Theory
Kelompok teori ini mempelajari sifat-sifat yang menonjol dari para pemimpin yang berhasil. Kelompok ahli ini menjurus pada teori traits of leadership.
  1. Environmental theory
Pemimpin itu timbul sebagai akibat dari waktu, tempat dan keadaan. Pandangan ini menempatkan factor lingkungan yang menyebabkan timbulnya pemimpin.
  1. Humanistic Theory
Teori ini lebih melihat pada fungsi kepemimpinan untuk mengatur individu atau kelompok yang dipimpinnya, untuk merealisasikan motivasinya agar dapat bersama-sama mencapai tujuannya. Focus dari teori ini adalah bahwa individu atau kelompok yang dipimpin adalah makhluk social yang mempunyai perasaan, kemampuan, serta kebutuhan-kebutuhan tertentu.
Ada dua bentuk kepemimpinan, yaitu kepemimpinan formal dan kepemimpinan informal. Organisasi besar seperti perusahaan bisnis atau sekolah memiliki organisasi formal yang menunjukkan garis resmi rantai komando dan pedoman tentang pola pengambilan keputusan dan pengawasan. Pada hal lain, beberapa kelompok tidak punya pimpinan formal sama sekali. Kelompok pertemanan mengilustrasikan pola kepemimpinan informal. Satu orang mungkin lebih menonjol dan berpengaruh daripada orang lain dalam diskusi kelompok dan karenanya lebih kuat dalam pengambilan keputusan.
Individu dapat menjadi pemimpin kelompok melalui berbagai cara. Beberapa pemimpin diangkat karena pangkat atau kedudukannya, misalnya letnan tentara. Dalam beberapa kasus, seorang anggota kelompok pelan-pelan tampil sebagai pemimpin, misalnya ketika orang sering berinteraksi dalam kelas, beberapa orang biasanya muncul sebagai pemimpin informal karena pendapatnya yang berpengaruh dan diakui oleh mayoritas anggota kelompoknya. Dan sebagian lainnya menentukan pemimpin melalui jalur pemilihan.
Klasifikasi kepemimpinan
Menurut eksperimen Lewin, Lippit, dan White cara kepemimpinan dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
  1. Kepemimpinan otoriter
Pemimpin ini menentukan segala-galanya. Semua aktifitas kelompok dijalankan atas instruksi pemimpin. Anggota kelompok hanya sebagai pelaksanan perintah pemimpin.
Pemimpin yang otoriter memiliki kekuatan yang absolute. Dia menentukan kebijaksanaan kelompok, ia sendiri yang membuat sebagian besar perencanaan, dia yang menentukan kegiatan kelompok, yang menentukan reward dan punishment bagi anggotanya. Oleh karena itu nasib setiap individu di dalam kelompok berada di tangan pemimpin.
Sikap pemimpin otoriter seakan-akan ia tidak mau turut serta dengan interaksi kelompok. Ia hanya berhubungan dengan anggota-anggotanya ketika memberikan instruksi mengenai langkah kegiatan, setelah itu ia menyendiri. Ia terpisah dari kelompok dan tidak mencampurkan diri dengan mereka.
  1. Kepemimpinan demokratis
Dalam kepemimpinan ini terdapat kerjasama antara pemimpin dan anggotanya dalam menentukan tujuan kelompok serta perencanaan langkah-langkah pekerjaan. Semua kegiatan kelompok dijalankan atas keputusan bersama.
Pemimpin menempatkan anggota kelompok sebagai sahabat dan bukan sebagai pekerja. Apabila ada kesalahan anggota, maka pemimpin akan memperingatkan dengan cara yang bijak.
  1. Kepemimpinan Laissez faire
Pemimpin pada tipe kepemimpinan ini bersifat pasif, dia tidak berpartisipasi dengan kegiatan kelompok. Dia menyerahkan segalanya kepada anggota, tidak pernah menegur kesalahan anggotanya, tapi selalu bersikap baik.
Dia tidak mengambil inisiatif apapun di dalam kegiatan kelompok, dia berada di tengah-tengah kelompok tetapi tidak berinteraksi dan berlaku seperti penonton saja.
Setelah diadakan penelitian melalui questioner, maka pada umumnya cara kepemimpinan demokratis paling disukai oleh anggota kelompok. Sebanyak 95% anggota kelompok memilih pimpinan yang demokratis. Ada juga yang memilih cara laissez faire dan yang paling sedikit di antaranya memilih cara kepemimpinan yang otoriter.
Perbedaan kelompok otoriter dan demokratis:
No.
Perbedaan
Otoriter
Demokratis
1.
Pembuat kebijakan
pemimpin
Keputusan bersama
2.
Teknik dan langkah-langkah pencapaian tujuan
Didekte oleh pemimpin
Pemimpin mengusulkan beberapa alternative yang dapat dipilih dan menerima saran.
3.
Pembagian tugas
Ditentukan pemimpin
Anggota bebas memilih teman kerja serta mengadakan pembagian tugas
4.
Sifat dalam pemberian reinforecement (reward 7 punishment)
Subjektif
Objektif
5.
Hubungan antara pemimpin & anggota
Lebih tunduk
Lebih bersifat teman

6.
Kemandirian Anggota jika pemimpin absen
Menurun tajam
Sedikit turun

  1. Pemimpin
Ada banyak studi empiris yang membandingkan karakteristik pemimpin dan pengikutnya (Burn, 2004). Ditemukan beberapa kualitas yang membedakan pemimpin dengan pengikutnya.
  1. Pemimpin cenderung unggul dalam kemampuan membantu kelompok meraih tujuan. Pemimpin tergantung situasinya, mungkin mempunyai keunggulan intelektual, keahlian politik, kekuatan fisik, atau keterampilan tinggi yang relevan dengan aktifitas dan tujuan kelompok.
  2. Pemimpin cenderung punya keterampilan interpersonal yang membantu menyesuaikan interaksi kelompok. Secara umum mereka lebih kooperatif, terorganisir, artikulatif, dan sensitive. Pemimpin cenderung ramah, empatik, dan stabil secara emosional (Hogan, Curphy, & Hogan, 1994).
Menurut kaum dinamika kelompok perlu adanya beberapa ciri dan kecakapan umum yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin agar interaksi kelompok dapat berjalan lancar dan produktif. Ciri-ciri tersebut adalah:
  1. Social perception (penglihatan social)
Social perception adalah kecakapan untuk melihat dan memahami akan perasaan-perasaan, sikap-sikap dan kebutuhan-kebutuhan anggota kelompoknya.
  1. Ability in abstract (kecerdasan yang tinggi)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa para pemimpin mempunyai kecakapan untuk berpikir secara abstrak yang lebih tinggi dari pada anggota-anggota kelompok yang mereka pimpin. Pada berbagai penelitian pada bidang tentara Inggris dan pada bidang industry menyatakan bahwa kecerdasan umum dan mental adaptability adalah sifat-sifat yang secara nyata dimiliki oleh pemimpin yang tepat.
  1. Emotional stability (keseimbangan perasaan)
Keseimbangan perasaan (emosional) merupakan factor penting dalam usaha kepemimpinan untuk dapat mengendalikan emosi-emosinya yang egois dan memahami anggota-anggota yang dipimpin.
Menurut William Foote Whyte ada 4 faktor yang menentukan seseorang menjadi pemimpin:
  1. Operational leadership
Orang yang paling banyak inisiatif, dapat menarik dan dinamis, menunjukkan pengabdian yang tulus, serta menunjukkan prestasi kerja yang baik dalam kelompoknya.
  1. Popularity
Orang yang banyak dikenal mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk menjadi pemimpin.
  1. The assumed representative
Orang yang dapat mewakili kelompoknya mempunyai kesempatan besar untuk menjadi pemimpin.
  1. The prominent talent
Individu yang memiliki bakat kecakapan yang menonjol dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk menjadi pemimpin.
Setiap individu mempunyai kecakapan dan kemampuan untuk menjadi pemimpin, hanya saja kemampuan ini memiliki jenjang serta tingkat perbedaan antara yang satu dengan lainnya. Perbedaan itu disebabkan oleh:
  1. Perbedaan kualitas pengetahuan yang dimiliki
  2. Perbedaan kesempatan
  3. Perbedaan lingkungan yang kondusif
Pada umumnya tugas pemimpin adalah mengusahakan agar kelompok yang dipimpinnya dapat merealisasikan tujuannya dengan baik dalam bekerjasama yang produktif.
Menurut Floyd Ruch ada tiga tugas bagi pemimpin, yaitu:
  1. Structuring the situation (member struktur yang jelas pada berbagai macam situasi)
  2. Controlling group behavior (mengawasi tingkah laku kelompok)
  3. Spokesman of the group (juru bicara dari kelompok)

  1. Gender Dan Kepemimpinan Wanita
Peran gender tradisional menghadirkan dilemma bagi pemimpin wanita. Pemimpin pria sering dipandang memiliki kualitas positif, seperti tegas, asertif, dan berkemampuan untuk mengembangkan diri. Tetapi mungkin ketika pemimpin wanita mengadopsi gaya yang serupa, mereka mungkindilihat secara negative, dianggap tidak feminine, dan kurang hangat. (Ayman & Frame, 2004; Eagly, Makhijani & Klonsky, 1992).
Wanita dapat menghindari evaluasi negative ini dengan menunjukkan kehangatan, keramahan, dan perhatian dalam membantu orang lain menggapai tujuannya(Carli, 2001). Tidak mengejutkan pemimpin wanita jarang mengadopsi sikap asertif dan gaya berorientasi tugas. Namun pria dan wanita tidak berbeda dalam menggunakan pendekatan interpersonal dan demokratis dalam kepemimpinannya.
Ada tiga konsep tentang peranan pria dan wanita dalam rumah tangga, yaitu:
  1. Konsep tradisional
  • Penghargaan tinggi pada laki-laki
  • Perempuan sebagai ratu domestic/ratu rumah tangga
  1. Konsep egaliter
Kebebasan penuh untuk beraktualisasi diri pada laki-laki dan perempuan.
  1. Konsep moderat
  • Kompromi antara konsep tradisional dan egaliter
  • Boleh beraktualisasi diri tanpa meninggalkan tugas sebagai suami dan istri.
Karya yang lebih baru tentang kepemimpinan transformasional (Transformasional leadership) telah menimbulkan pertanyaan menarik tentang kepemimpinan wanita. Pertama, wannita lebih tinggi nilainya dalam gaya kepemimpinan transformasional. Kedua, wanita lebih tinggi skornya dalam penggunaan imbalan, seperti pemberian perhatian dan pujian kepada bawahan jika mereka bekerja baik. Dua pendekatan kepemimpinan ini memungkinkan wanita untuk menjadi pemimpin yang kompeten yang mampu menyelesaikan tugas sekaligus disukai anak buahnya.

Tidak ada komentar: